Pola Engulfing

1. Bearish Engulfing

Candlestick Part 3


Bearish engulfing terjadi saat down/bear/bearish candlestick(candlestick kedua) menutup atau “memakan” secara keseluruhan candlestick pertama(up/bull/bullish candlestick). Kondisi ini menunjukkan potensi trend bearish. Tentu saja harus dikonfirmasi dengan candlestick selanjutnya yang harus menembus “lowest price” candle bearish tersebut dan dalam kondisi pasar yang bisa didefinisikan tidak “sideways” atau melebar ke samping.

2. Bullish Engulfing

Candlestick Part 3


Bullish engulfing terjadi saat up/bull/bullish candlestick(candlestick kedua) menutup atau “memakan” secara keseluruhan candlestick pertama(down/bear/bearish candlestick). Kondisi ini menunjukkan potensi trend bullish. Tentu saja harus dikonfirmasi dengan candlestick selanjutnya yang harus menembus “highest price” candle bullish tersebut dan dalam kondisi pasar yang bisa didefinisikan tidak “sideways” atau melebar ke samping.


Hammer

Hammer merupakan sebuah candlestick dengan “ekor” lowest price yang lebih rendah dan panjang serta mempunyai tubuh candlestick yang kecil. Panjang “ekor” lowest price itu harus minimal dua kali panjang tubuh candlestick, dan tidak boleh ada atau setidaknya sangat sedikit “ekor” highest price. Candle stick ini bisa berbentuk down/bear/bearish ataupun up/bull/bullish candlestick, tetapi yang terpenting  atau kuncinya adalah bahwa candlestick ini harus terjadi dalam konteks atau kondisi “downtrend”(trend turun) untuk dapat dikategorikan sebagai sebuah hammer. Hammer mengindikasikan akan terjadi perubahan trend dari “downtrend” menjadi “uptrend”.  Tentu saja harus dikonfirmasikan dengan penembusan highest price pada candle berikutnya, baik berupa menembus normal atau pun “gap” up (terjadi peloncatan harga ke atas). Hammer bisa menandakan terjadinya suatu bottom atau level “support”. 

Candlestick Part 3


1. “Hanging Man”

     Bentuk “Hanging Man” identik dengan bentuk hammer, namun muncul dalam konteks atau kondisi “uptrend. “Hanging man” mengindikasikan akan terjadi perubahan trend dari “uptrend” menjadi “downtrend”.  Tentu saja harus dikonfirmasikan dengan penembusan lowest price pada candle berikutnya, baik berupa menembus normal atau pun “gap” down (terjadi peloncatan harga ke bawah). “Hanging man” bisa menandakan terjadinya suatu top atau level “resistance”.

Candlestick Part 3


2. Shooting Star

     Shooting star merupakan sebuah candlestick dengan “ekor” highest price yang lebih tinggi dan panjang serta mempunyai tubuh candlestick yang kecil. Panjang “ekor” highest price itu harus minimal dua kali panjang tubuh candlestick, dan tidak boleh ada atau setidaknya sangat sedikit “ekor” lowest price. Candle stick ini bisa berbentuk down/bear/bearish ataupun up/bull/bullish candlestick, tetapi yang terpenting  atau kuncinya adalah bahwa candlestick ini harus terjadi dalam konteks atau kondisi “uptrend”(trend naik) untuk dapat dikategorikan sebagai sebuah shooting star. Shooting star mengindikasikan akan terjadi perubahan trend dari “uptrend” menjadi “downtrend”.  Tentu saja harus dikonfirmasikan dengan penembusan lowest price pada candle berikutnya, baik berupa menembus normal atau pun “gap” down(terjadi peloncatan harga ke bawah). Shooting star bisa menandakan terjadinya suatu top atau level “resistance”. 

Candlestick Part 3


3. Hammer terbalik

    Bentuk “Hammer terbalik” identik dengan bentuk shooting star, namun muncul dalam konteks atau kondisi “downtrend”. “Hammer terbalik “ mengindikasikan akan terjadi perubahan trend dari “downtrend” menjadi “uptrend”.  Tentu saja harus dikonfirmasikan dengan penembusan highest price pada candle berikutnya, baik berupa menembus normal atau pun “gap” up (terjadi peloncatan harga ke atas). “Hammer terbalik” bisa menandakan terjadinya suatu bottom atau level “support”.

Candlestick Part 3









Share To:

Privatephantom

Post A Comment:

0 comments so far,add yours